Tugas Pembuatan
Rubrik Opini
Mata Kuliah
Seminar Proposal Skripsi
Program Studi
Hubungan Internasional
Oleh : Auzan Shadiq
Kelas : HI – VII C
“Hallyu, Halal, dan Diplomasi”
Sejak akhir tahun 2012 lalu, entah mengapa saya mulai terasa
“diinvasi” oleh budaya industri entertainment modern asal negeri ginseng,
yang sering mereka sebut dengan istilah “Hallyu”. Dilansir dari laman resmi
Pemerintah Korea Selatan, bahwa penggunaan kata tersebut merujuk pada
kesuksesan industri entertainment dan budaya mereka ke seluruh penjuru
Asia, bahkan dunia. Sering pula disebut dengan istilah “Korean Wave”,
fenomena Hallyu sendiri baru mulai populer pada era pertengahan tahun
1990-an (setelah Korea Selatan memasuki babak baru hubungan bilateral
dengan Tiongkok).[1]
Kisah sukses dari Hallyu
ini sendiri memang tidak lepas dari andil sang negeri tetangga, yakni Tiongkok.
Serial drama televisi yang berjudul What is Love, meraih rating yang
cukup tinggi sebesar 4.2% (± 150 juta penonton) di “Negeri Tirai Bambu”
tersebut. Puncak popularitas dari Hallyu ini sendiri, hadir pada era
tahun 2000 silam. Saat itu “demam” aliran Musik Pop asal Korea Selatan (K-Pop),
mencapai titik tertingginya kala Boy Band (Idol Groups) bernama
H.O.T menggelar konser mereka di Beijing Workers Gymnasium, Tiongkok. Sejak
saat itulah media – media lokal di Korea Selatan dan Tiongkok, mulai
menggunakan istilah Hallyu untuk menggambarkan betapa fenomenalnya
peristiwa tersebut.[2]
Di Indonesia
sendiri, saya memandang bahwa dengan semakin mudah dan murahnya akses jaringan
internet sejak tahun 2008 keatas, telah menjadi salah satu faktor pendukung
cepatnya popularitas budaya Hallyu merambah hingga ke negeri ini. Dari apa yang saya perhatikan
selama ini, bahwa budaya Hallyu terasa ingin membuat / membangun brand
image mereka tersendiri. Mereka tidak ingin meniru aliran musik band Rock,
Pop, dan bahkan Jazz asal Barat. Mereka juga terkesan tidak ingin
meniru Harajuku Style dari sang tetangga, Negeri Sakura. Orisinalitas identitas
inilah yang justru mereka pegang teguh, yang telah membuat industri musik Korean
Pop (K-Pop) dapat terus berkembang pesat hingga sekarang.
Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana fenomena “Oppa
Gangnam Style” mengguncang seluruh dunia dengan tarian khas berkudanya itu.
Sang rapper yang bernama PSY, berhasil menjadi salah seorang seniman
dunia yang memiliki milyaran viewers / penonton dalam situs YouTube
pada tahun 2012 lalu. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari para seniman
musik K-Pop (Idol Group) tersebut, kini mereka sedang
berupaya untuk melebarkan “sayap bisnisnya” melalui penyelenggaraan konser
tunggal ataupun gabungan di luar negeri. Negara – negara seperti Jepang,
Tiongkok, dan Asia Tenggara menjadi salah satu target utama wilayah pemasaran
mereka.
Para fans yang setia tentunya akan hadir untuk melihat
secara langsung bagaimana penampilan dari para Idol Group pujaan hati mereka.
Bahkan beberapa diantaranya telah mampu menggelar konser ataupun fan meeting
ke kawasan Eropa, Amerika, bahkan Amerika Latin. Hal ini tentu saja menjadi
bukti bagaimana fenomena Hallyu / Korean Wave ini, telah benar –
benar mampu “menyihir” siapapun penggemarnya hingga ke seluruh pelosok dunia.
Selain industri
musik, telah sejak lama industri perfilman / drama asal Korea Selatan juga
mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggermarnya. Sebut saja drama You
Who Came from the Star, Descendants of the Sun, dll yang akhir –
akhir ini sangat diganderungi oleh kalangan anak muda. Jalan ceritanya yang
tidak membosankan, ditambah dengan jumlah episode nya yang tidak
mencapai angka ratusan, telah membuat drama – drama tersebut menjadi sangat
ditunggu setiap minggunya. Bahkan salah satu drama lawas yang cukup populer di
Jepang berjudul Winter Sonata, telah membuat lokasi pengambilan gambar
drama tersebut, menjadi sebuah objek wisata andalan yang sangat terkenal di
Korea Selatan bernama Nami-seom (Nami Island).
Dengan tekad yang kuat, alhamdulillah saya
pernah diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat mengunjungi negeri Hallyu
tersebut pada 2015 lalu. Saya dan kakak perempuan saya saat itu benar – benar
hampir berhasil menjelajahi seluruh destinasi favorit wisata Hallyu di
Kota Seoul (meski dengan budget yang tergolong sangat terbatas). Sebagai
seorang wisatawan Muslim, telah menjadi sebuah perhatian yang cukup serius bagi
saya untuk dapat mengkonsumsi makanan dengan label Halal di wilayah yang
notabene merupakan negara Muslim minoritas.
Perlu diketahui bahwa hanya ada sekitar ± 100.000 jiwa saja warga
negara Korea Selatan yang menganut Agama Islam. Dimana baru sejak tahun 1955
(era Perang Korea), Islam memasuki wilayah Semenanjung Korea yang dibawa oleh
para Tentara Turki. Dilansir dari laman resmi Pemerintah Korea Selatan, bahwa Korean
Muslim Federation (KMF) baru berdiri sejak tahun 1967 dan hingga saat ini
baru ada sekitar 60 buah tempat ibadah untuk umat Muslim yang tersebar di seluruh
penjuru Korea Selatan.[3]
Tempat ibadah terbesar untuk umat Muslim di Korea Selatan saat ini,
ialah bangunan Seoul Central Mosque. Masjid yang terletak di kawasan
Itaewon-dong ini, didirikan oleh Komunitas Muslim Korea pada 1969. Menurut
laman resmi dari koreaislam.org, bahwa bangunan Masjid seluas 1.500 m² ini,
juga mendapat sokongan dana bantuan pembangunan dari Pemerintah Arab Saudi. erfungsi
sebagai Islamic Center, bangunan Masjid ini memiliki beberapa ruangan
kantor serta Madrasah Islam bernama Prince Sultan Islamic School.
Disekitar area Masjid, terdapat beberapa toko buku, agen perjalanan, hingga
restoran dan super market yang menyediakan berbagai makanan bersertifikat Halal.[4]
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa makanan
bersertifikat Halal sangat penting bagi para wisatawan Muslim yang ingin
berkunjung ke Korea Selatan. Hal inilah yang membuat Pemerintah Korea Selatan
pada Maret 2015 lalu menandatangani Memorandum of Understanding (MoU)
dengan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) terkait pertukaran informasi mengenai
pembuatan sistem sertifikasi Halal.[5]
Dengan menganalisa apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Korea
Selatan tersebut, telah menunjukkan keseriusan mereka didalam pengembangan
sektor makanan Halal. Lantas adakah hubungan antara Hallyu, Halal
dan upaya diplomasi yang dilakukan oleh Korea Selatan? Tentu saja ada. Dengan
semakin meningkatnya popularitas budaya Hallyu dikalangan anak muda
dunia, akan membuat potensi sektor pariwisata Korea Selatan juga semakin
meningkat (termasuk dari kalangan negara Muslim). Kebutuhan akan tersedianya
produk makanan Halal, membuat Pemerintah Korea Selatan berupaya untuk
mengambil langkah diplomasi demi mendapatkan informasi mengenai sertifikasi Halal.
[1] Department
Global Communication and Contents Division Republic of Korea, “Hallyu (Korean
Wave)”, diakses pada Rabu 19 Oktober 2016 pukul 16.00 WIB dalam laman: http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu
[2] Ibid.
[3]
Department Global Communication and Contents Division Republic of Korea, “Religion”,
diakses pada Rabu 19 Oktober 2016 pukul 16.12 WIB dalam laman: http://www.korea.net/AboutKorea/Korean-Life/Religion
[4]
“Introduction of Islam Korea Seoul Central Masjid”, diakses pada Rabu 19
Oktober 2016 pukul 16.15 WIB dalam laman http://www.koreaislam.org/en/seoul-kmf/
[5]
Sohn Ji Ae, “Korea, UAE pledged to expand economic cooperation”,
diunggah pada Jum’at 06 Maret 2015, diakses pada Rabu 19 Oktober 2016 pukul
16.20 WIB dalam laman: http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=126044
21 comments:
Isu yang dibahas sangat menarik dan unik dan sudut pandang yang dimunculkan cukup baik :)
nice issue and analysis :D
#gagal pertamax -_-
Bagus topik pembahasannya dan bahasa yg di gunakan cukup jelas
ok
Mungkin Saudara Auzan sendiri bisa memelopori industry makanan halal dengan tidak mengesampinngkan budaya koreanya sendiri. Bisa dikatakan Saudara Auzan memiliki restoran makanan korea yang bahan-bahannya dijamin halal.
gak ada song jong ki jan?
but, good analysis :)
Seems like the SK Government take any possible way to promote its tourism beyond the hallyu waves. Interesting! Daebak news for oppa fangirls haha
Pembahasan yang sangat menarik, terlebih saya adalah seorang kpopers ㅋㅋㅋ Saat ini Korea bisa dikatakan seperti "racun", mulai dari entertainment, kuliner hingga teknologinya sudah mendunia. Semua yang mereka suguhkan benar-benar dibuat secara matang dan tidak setengah-setengah. Jinjja daebak!
Currently, soft diplomacy thru culture expansion is way better. Warbiyasak, Jan 👍
such a good idea "hallyu and hallal food" interesting topic *thumbsup*
Cultural approach seems to win over in order to increase the P to P links. I see that you have lots of passion in this area. Keep up, jan!
Cheers :)
Food and diplomacy, such a unique combination
Yeah, trying to give some place to Muslim and everyone knew that halal food created to make us healthier. Keep a good work!
Good work and thumbs up for you. Since the beginning I was asking to my self how hallyu can be related to halal ...but at the end, I got the answer. Lanjutkan! You can do it
Good article👍🏻
Saya kira ini info yg sangat menarik. Menambah wawasan saya. Goodjob
ntapz jdi tahu perkembangan makanan halal di korea (y)
jadi pengen diajak ke korea gratis eyyy
makasih auzan, nice info! setelah baca jadi tau bagaimana perkembangan makanan halal di korea
Votrient 400mg tablet is a prescription medicine used to treat individuals with cutting edge renal cell cancer.VOTRIENT is a prescription medicine utilized to treat people with cutting edge delicate tissue sarcoma who have gotten chemotherapy before. It isn't known whether VOTRIENT is viable in treating specific STS or certain gastrointestinal tumors. It isn't known whether VOTRIENT is sheltered and powerful in youngsters under 18 years old.
Post a Comment